Berpacaran yang Sehat dan Bebas Aids

Adalah sesuatu yang mustahil, melarang remaja untuk melakukan interaksi dengan lawan jenisnya. Proses interaksi yang lebih lanjut yang diwujudkan dengan berpacaran merupakan hal yang wajar dan baik bagi pengembangan aspek kematangan emosional remaja itu sendiri. Namun, harus ada rambu-rambu yang dipasang agar tidak terjadi berpacaran yang berlebihan, apalagi sampai melakukan hubungan seksual dan terjadi kehamilan yang tidak diinginkan dan pada akhirnya mengambil jalan pintas dengan menggugurkan kandungan.

Read the rest of this entry »

SEBAGIAN PENYELEWENGAN YANG TERJADI DALAM PERKAWINAN

Assalamualaikum,

Untuk sobat-sobatku, insya Allah ini bagus untuk
dibaca

SEBAGIAN PENYELEWENGAN YANG TERJADI DALAM PERKAWINAN
YANG WAJIB DIHINDARKAN/DIHILANGKAN

Read the rest of this entry »

Hukum Pacaran Dalam Islam

1. Hukum pacaran itu bagaimana sih? ….
2. Saya ingin tanya tentang pergaulan antara pria dan wanita menurut syariat islam! dan bagaimana hukumnya apabila tidak berpacaran namun bergaul dengan pria lain dan pria itu timbul perasaan terhadap kita walaupun kita tidak ingin dikatakan berpacaran dengan pria itu walaupun wanitanya lama-lama juga timbul perasaan tertarik pada pria tersebut? Atas jawabannya saya ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya! …
3. Saya muslimah ingin menyakan tentang hukum pacaran saya pernah dengar katanya pacaran itu haram lalu bagi cowok untuk mengetahui sifat/karakter pujaannya bisa mengirim saudaranya untuk mengetahui nya(mohon koreksinya), lalu bagaimana dengan cewek? apakah juga perlu mengirimkan saudaranya untuk mengetahui sifat cowok pujaanya? …

Read the rest of this entry »

Ada Apa dengan Valentine’s Day?

Pada bulan Februari, kita selalu menyaksikan media massa, mal-mal, pusat-pusat hiburan bersibuk-ria berlomba menarik perhatian para remaja dengan menggelar pesta perayaan yang tak jarang berlangsung hingga larut malam bahkan hingga dini hari. Semua pesta tersebut bermuara pada satu hal yaitu Valentine’s Day. Biasanya mereka saling mengucapkan “selamat hari Valentine”, berkirim kartu dan bunga, saling bertukar pasangan, saling curhat, menyatakan sayang atau cinta karena anggapan saat itu adalah “hari kasih sayang”. Benarkah demikian?

Read the rest of this entry »

Poligami dalam Islam

Dr. Yusuf Al-Qardhawi menuliskan bahwa di masa lalu, peradaban manusia sudah mengenal poligami dalam bentuk yang sangat mengerikan, karena seorang laki-laki bisa saja memiliki bukan hanya 4 istri, tapi lebih dari itu. Ada yang sampai 10 bahkan ratusan istri. Bahkan dalam kitab orang yahudi perjanjian lama, Daud disebutkan memiliki 300 orang istri, baik yang menjadi istri resminya maupun selirnya. (Dr. Yusuf Al-Qardhawi, Ruang lingkup Aktivitas Wanita Muslimah, hal. 184)

Wanita, Cinta dan Naluri Seks dalam Tinjauan Islam

Realita yang ada pada generasi muda muslim pada masa sekarang ini, secara mayoritas sedang terbuai dengan ribuan jaring kemungkaran modernisasi, seperti perzinaan dengan berbagai modelnya, namun justru ia sering dijadikan standar kemajuan dan globalisasi.

Seks yang merupakan fitrah dan karunia Allah Ta’ala berubah fungsi menjadi ajang komoditi mencari keuntungan sebesar mungkin. Norma-norma yang berlaku di dalam tata kehidupan tidak lagi menjadi pegangan. Pupusnya rasa malu kaum Hawa terlihat pula dari turut andilnya mereka menanam saham kebatilan di bidang sandang. Mode-mode pakaian yang dililitkan ke tubuhnya sudah begitu jauh dari tuntunan syari’at. Padahal Allah Ta’ala berfirman:”Hai Nabi! Katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anakmu yang perempuan dan orang-orang perempuan yang beriman, supaya mereka menutup tubuhnya dengan jilbab, yang demikian itu supaya mereka lebih dikenal, karena itu supaya mereka tidak diganggu, dan Allah itu Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (Al-Ahzab: 59).

Bila ayat ini masih dianggap belenggu yang merantai kebebasan kaum Hawa, maka dapatlah dipastikan, hujan birahi pun tak kan terelakkan, hingga dengan mudahnya kita saksikan jutaan perempuan bergentayangan di jalan-jalan, dan mempersilakan auratnya disapu mata sembarang orang. Padahal Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dalam riwayat Imam Muslim bersabda, artinya: “Mereka tidak akan masuk Surga dan tidak akan mencium wangi Surga, padahal wangi Surga itu tercium sejauh perjalanan sekian dan sekian.”

Sebab meskipun berpakaian, pada hakikatnya mereka telanjang. Ironinya, setiap hari kita selalu dihadapkan kepada permasalahan di atas, yaitu urusan kelamin seksualitas). Kemana-mana kita terganggu oleh rayuan perempuan, wajahnya,lenggak-lenggoknya, suaranya, semuanya penuh magnit dan daya tarik.

“Dijadikan indah pada pandangan manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu; wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah lah tempat kembali yang baik.” (Ali Imran: 14).

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, artinya: “Tidaklah ada suatu cobaan yang terjadi sepeninggalku yang lebih berbahaya bagi kaum laki-laki, yang melebihi bahayanya cobaan yang berhubungan dengan soal wanita”. (HR. Al-Bukhari dan Muslim).

Ibnul Qayyim Al-Jauziyyah dalam kitabnya Raudhatul Muhibbin wa Nuzhatul Musytaqqin menyatakan, ada tiga faktor yang menyebabkan tumbuhnya perasaan cinta, yaitu:

1.Sifat-sifat yang dimiliki oleh seseorang yang membuat ia dicintai oleh kekasihnya.
2.Perhatian sang kekasih terhadap sifat-sifat tersebut.
3.Pertautan antara seseorang yang sedang jatuh cinta dengan orang yang dicintainya.

Dengan kelengkapan ketiga faktor cinta yang dikemukakan oleh Ibnul Qayyim tersebut, maka terbuktilah tali percintaan, dan akan menjadi lemah jika terdapat kekurangan dari ketiga faktor itu. Hal ini diakui oleh Islam dan oleh semua pihak yang menentang Islam. Tapi Islam membedakan antara cinta dan seks sebagai nafsu. Cinta adalah mawaddah wa rahmah, sedang nafsu seks sebagai naluri adalah nafsu syahwat. Keduanya hanya bisa bersatu dalam perkawinan, karena berseminya cinta yang terjadi sesudah pernikahan adalah cinta yang dijamin oleh Allah Ta’ala , sebagaimana tercantum dalam surat Ar-Rum ayat 21, artinya: “Dan diantara tanda-tanda kekuasaanNya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikannya di antaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir.”

Dari ayat di atas dapat kita simpulkan, bahwa Islam tidak mengenal percintaan sebelum perkawinan yang sah, apalagi dengan pengumbaran nafsu syahwat, sehingga menjadi naluri dan cenderung mengajak pada perbuatan-perbuatan yang mengundang murka Allah Ta’ala, sebagaimana telah termaktub dalam Surat Yusuf ayat 53, artinya: “Dan aku tidak membebaskan diriku (dari kesalahan), karena sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Tuhanku. Sesungguhnya Tuhanku Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”

Ibnul Qayyim berkata: “Hubungan intim tanpa pernikahan adalah haram dan merusak cinta, malah cinta di antara keduanya akan berakhir dengan sikap saling membenci dan bermusuhan, karena bila keduanya telah merasakan kelezatan dan cita rasa cinta, tidak bisa tidak akan timbul keinginan lain yang belum diperolehnya.”

“Bohong!”, itulah komentar sinis mereka guna membela nafsu syahwatnya, untuk melegimitasi percintaan secara haram. Bahkan lebih parah lagi, mereka berani bersumpah, cinta yang dilahirkan bersama sang kekasih adalah cinta suci, bukan cinta birahi dan syaithani. Padahal yang dijaga dalam Islam bukanlah semata-mata perihal kepemudaan, kegadisan dan selaput dara saja, tetapi lebih dari itu, kesucian mata, telinga, hidung, tangan, kaki dan sekujur anggota tubuh. Bahkan kesucian hati juga wajib dijaga. Zinanya mata adalah berpandangan dengan bukan mahramnya, zinanya hati adalah membayangkan dan mengkhayal, dan zinanya tangan adalah menyentuh tubuh wanita yang bukan mahramnya.Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

“Telah ditulis atas anak Adam bagiannya dari hal zina yang akan ditemui dalam hidupnya, tidak bisa tidak. Zinanya mata adalah melihat, zinanya telinga adalah mendengar, zinanya kaki adalah berjalan, dan zinanya hati adalah keinginan dan berangan-angan, dan semua itu dibenarkan atau didustakan oleh kelaminnya.” (HR. Muslim dari Abu Hurairah).

Namun jaring-jaring cinta di luar perkawinan telah meninabobokkan manusia dalam tali asmara. Asmara yang bergejolak menuntut keintiman dan kesyahduan, sehingga cinta buta menjadi mahar yang menghalalkan hubungan kelamin kisah kasih dua insan yang berlainan jenis.

Untuk itu dalam menghadapi semua ini, hendaklah kita senantiasa berpedoman pada aturan-aturan yang telah ditetapkan oleh Islam, di antaranya adalah:

A. Menjaga Pandangan Mata

Memelihara mata cukuplah dengan menundukkan pandangan bila ada pria atau wanita yang bukan mahramnya, dan jangan memandangnya berulang-ulang. Hal ini diatur oleh Allah dan RasulNya agar kita dapat mengendalikan mata sebagai panca indera yang sangat peka terhadap seks. Allah Ta’ala berfirman, artinya: “Katakanlah kepada orang-orang yang beriman agar mereka menundukkan sebagian dari pandangan mata (terhadap wanita) dan memelihara kemaluan mereka. Yang demikian itu lebih suci bagi mereka. Sesungguhnya Allah mengetahui apa yang mereka kerjakan, dan katakanlah kepada wanita yang beriman, hendaklah mereka menahan pandangannya dan memelihara kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya kecuali yang biasa nampak daripadanya.” (An-Nur: 30-31).

Tapi ada pula memandang untuk suatu keperluan yang diperbolehkan, seperti dalam pengobatan, peminangan dan segala sesuatu yang telah disyari’atkan dalam Islam. Sebagaimana disebutkan dalam sebuah hadits, artinya:

“Dari Mughirah bin Syu’bah, bahwa ia hendak menikah dengan seorang wanita, Nabi bertanya, ‘Sudahkah kamu melihatnya?’, ‘Belum’, jawabnya, lalu Nabi bersabda, ‘Lihatlah ia, sesungguhnya dengan melihatnya lebih menenteramkan hati kamu berdua’.” (HR. An-Nasa’i, Ibnu Majah dan At-Tirmidzi).

B. Menjauhi Pergaulan Bebas

Pergaulan bebas pasti menimbulkan hal-hal negatif yang tidak diinginkan. Hal ini bisa dilihat di barat, yang meng-agungkan kebebasan dalam segala hal, termasuk dalam seks. Kini mereka menjerit, angka perceraian sangat tinggi, setiap menit terjadi tindak perkosaan dan pranata pernikahan diragukan, terjadilah dekadensi moral dan tersebar berbagai penyakit kelamin.

Allah Ta’ala membuat rambu-rambu pergaulan laki-laki dan wanita yang bukanmahramnya dalam firmanNya:

“Dan janganlah kalian mendekati zina, sesungguhnya zina itu suatu perbuatan yang keji dan suatu jalan yang buruk.”(Al-Isra’: 32).

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

“Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir, janganlah ia bersunyi sepi berduaan dengan wanita yang tidak didampingi mahramnya, karena yang menjadi pihak ketiganya adalah syaitan.” (HR. Ahmad).

Apalagi halnya sampai bersentuhan dengan lawan jenis yang bukan mahramnya. A’isyah radiallahu anha berkata: “Tangan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam tidak pernah sama sekali menyentuh tangan perempuan di dalam bai’at, bai’at Rasulullah dengan mereka adalah berupa ucapan.” (HR. Al-Bukhari).

KEDUDUKAN PRIA DAN WANITA DALAM ISLAM

Islam telah menegaskan pada awal surat An-Nisaa’ bahwa perempuan dan laki-laki setara dalam hal penciptaan dan perkembangan. Allah subhanahu wata’ala berfirman, artinya, ”Wahai sekalian manusia, bertaqwalah kalian semuanya kepada Allah yang telah menciptakan kalian dari diri yang satu (Adam), dan menciptakan pasangannya (Hawa’) dari dirinya.” (QS. An-Nisa’: 1)

Maka perempuan adalah pasangan laki-laki, demikian juga sebaliknya. Ayat di atas memberikan manfaat bahwa hubungan akan menjadi sempurna, lagi lengkap bila ada masing-masing dari keduanya, laki-laki dan perempuan. Demikian juga Allah subhanahu wata’ala menggabungkan antara dua jenis ini dalam urusan kekhilafahan bumi untuk mengatur dan memperbaiki dunia, laki-laki dan perempuan.

Allah subhanahu wata’ala berfirman, artinya,
”Dan ingatlah ketika Rabbmu berfirman kepada para malaikat-Nya, “Sungguh Aku akan jadikan khalifah di muka bumi … Dan Kami berfirman, “Wahai Adam, tinggallah kamu beserta pasanganmu di dalam surga.” (QS. Al-Baqarah: 30 dan seterusnya)

Allah menyamakan laki-laki dan perempuan dalam hal kemuliaan dan keutamaan, di mana hal ini merupakan kekhususan bagi manusia. Allah subhanahu wata’ala berfirman, artinya, “Dan sungguh, Kami telah memuliakan anak keturunan Adam, dan Kami bawa mereka di daratan dan di lautan, dan Kami beri rizki mereka dengan rizqi yang baik, dan Kami utamakan mereka di atas kebanyakan makhluk Kami.” (QS. Bani Israil: 70)

Wahai Daud, Sungguh Kami telah menjadikanmu sebagai khalifah di bumi, maka tetapkanlah hukum terhadap manusia dengan benar, dan janganlah mengikuti hawa nafsu.” (QS. Shad: 26)

Al-Qur’an dan As-Sunnah sudah menetapkan bahwa laki-laki dan perempuan sederajat ini. Maka kita tidak mendapati penyebutan laki-laki, kecuali pasti digandengkan dengan penyebutan perempuan. Allah subhanahu wata’ala berfirman, artinya, ”Barangsiapa beramal shalih, baik laki-laki maupun perempuan, sedangkan dia dalam keadaan beriman, kecuali pasti kami akan berikan kepadanya kehidupan yang baik (di dunia)…” (QS. An-Nahl: 79)

Demikianlah, Al-Qur’an telah memberikan penjelasan dengan sangat gamblang yang tidak mungkin bisa ditutup-tutupi oleh kedustaan para pendusta dan sekaligus jastifikasi atas kesepadanan laki-laki dengan wanita dalam penciptaan dan perkembangan.

Dan para propagandis kesetaraan gender lupa atau pura-pura lupa bahwa Islam memperlakukan sama, baik kepada laki-laki maupun perempuan, dalam hak untuk mendapatkan pendidik-an dan beramal. Allah subhanahu wata’ala berfirman, artinya, “Dan barangsiapa yang beramal dengan amal kebajikan, baik laki-laki maupun perempuan, sedangkan dia dalam keadaan mukmin….” (An-Nahl: 97)

Dalam ayat ini, Allah subhanahu wata’ala menyejajarkan Islam untuk laki-laki dan Islam untuk perempuan dalam hal mendapat pahala atas amal kebajikannya. Allah subhanahu wata’ala pun berfirman, artinya,
“Allah memberikan bagian bagi laki-laki atas apa yang sudah mereka usahakan, dan Allah juga memberikan bagian kepada perempuan atas apa yang mereka telah usahakan.” (QS. An-Nisaa’: 32)

Allah subhanahu wata’ala juga menyejajarkan laki-laki dan perempuan dalam hal perwalian/perlindungan. Allah subhanahu wata’ala berfirman, artinya, “Dan orang-orang mukmin dan mukminat, masing-masing menjadi wali (pelindung) bagi yang lainnya.” (QS. At-Taubah: 71)

Demikian juga dalam permasalahan pengurusan tanggung jawab dalam tambahan ayat berikutnya. Allah subhanahu wata’ala berfirman, artinya,
“Mereka mengajak kepada yang bajik dan melarang dari perbuatan munkar.” (QS. At-Taubah: 71)

Amar ma’ruf dan nahi munkar adalah tugas khusus yang Allah subhanahu wata’ala berikan kepada orang-orang mukmin, laki-laki dan perempuan. Pun sudah masyhur, adanya wanita yang dikenal dengan ketelitian dan kejujurannya dalam periwayatan hadits. Dan tidak pernah diketahui dalam sejarah periwayatan hadits, adanya seorang wanita yang dikenal sebagai pendusta.

A’isyah, ummul mukminin, adalah di antara wanita yang terbanyak meriwayatkan hadits, sampai beliau disebutkan telah meriwayatkan 1210 hadits. ‘Urwah bin Zubair mengo-mentari kehebatan Aisyah dengan mengatakan, “Aku tidak pernah menemui seorang yang lebih berilmu dalam fiqh, medis, dan syair daripada Aisyah.” Beliau adalah seorang ulama, memberikan pengajaran kepada anak-anak di masa khilafah Umar dan Utsman, bahkan hingga beliau wafat.

Dan dalam tataran kesejajaran sebagaimana yang dijabarkan Allah dalam Al-Qur’an dan hadits, tidak pernah ada masing-masing saling menjatuhkan, baik laki-laki dengan kelebihannya ataupun perempuan dengan kelebihannya yang lain. Bahkan keduanya sama kedudukannya dalam tanggung jawab. Hal ini sungguh jauh berbeda dengan sistem-sistem aturan yang pernah ada sebelumnya yang menjadikan laki-laki mendhalimi perempuan. Misalnya, tidak ada qishash jika ada yang membunuh perempuan, Islam tidak demikian!!! Allah berfirman, artinya, “Setiap diri akan bertanggung jawab terhadap apa yang telah diperbuatnya.” (QS. Al-Muzammil: 38)

“Dan kami sudah mewajibkan kepada mereka dalam urusan ini, yaitu nyawa harus dibalas dengan nyawa.” (QS. Al-Ma’idah: 45)

“Dan janganlah kalian membunuh jiwa yang telah Allah haramkan kecuali dengan alasan yang benar.” (QS. Bani Israil: 33)

“Dan ketika bayi-bayi perempuan ditanya, atas dosa apakah mereka dibunuh.” (QS. Al-Takwir: 8-9)

Laki-laki dan perempuan juga sama kedudukannya di hadapan Allah dan di depan hukum. Hal ini adalah kesimpulan yang diambil dari hadits Rasulullah yang berbunyi, “Perempuan adalah saudara laki-laki.”

Laki-laki Berbeda dengan Wanita

Di antara kesalahan yang terus melekat dan dialami oleh kaum muslimin adalah mengimpor budaya Barat, padahal permasalahan dan gaya hidup mereka benar-benar berbeda dengan karakteristik dan kebutuhan kita. Kita telah melampaui masa sekian abad lamanya dan kita tidak memprotes sedikit pun terhadap ayat Allah yang berbicara tentang perempuan. Allah berfirman, artinya, “Dan tidaklah sama antara laki-laki dengan perempuan.” (QS. Al-Imron: 36)

Para laki-laki muslim dari dahulu tidak pernah “merasa lebih” dengan ayat ini; dan para wanita muslimahnya pun tidak merasa disingkirkan dengan ayat di atas. Mereka memahami bahwa ayat tersebut memang sedang berbicara bahwa demikianlah sifat fitri (sesuai dengan tabiat) yang masing-masing memiliki karakteristik tersendiri tidak hanya antara anak manusia, bahkan antar laki-laki dan antar wanita pun demikian.

Mereka yang selalu mempropagandakan kesetaraan gender mengatakan, “Sesungguhnya perbedaan antara laki-laki dan perempuan hanyalah muara yang ditumbuhkan oleh lingkungan yang mengelilingi mereka, adat kebiasaan yang tumbuh bersamanya, dan pendidikan yang ia terima semenjak kecil.”

Dr. Muhammad Rasyid Al-Oweid membantah ucapan mereka dengan jawaban yang sangat bagus. Beliau berkata, “Penelitian dan penelaahan serta ilmu pengetahuan secara keseluruhannya mengatakan hal yang sebaliknya daripada apa yang mereka katakan. Sudah tegas dan jelas bahwa perbedaan antara 2 gender (laki-laki dan perempuan) adalah perbedaan pada organ-organ tubuh, genetika, dan bukan perbedaan yang dicapai melalui proses belajar. Oleh karena itu, propaganda kesetaraan gender adalah propaganda yang akan gagal dan selalu gagal, sebab hal itu bertentangan dan menentang fithrah dan tabiat setiap jenis manusia.“

Tidak akan ada wanita “normal” yang mau dikatakan sama dengan laki-laki, dan tidak akan ada laki-laki “normal” yang mau dikatakan sama dengan wanita, laki-laki ya laki-laki, wanita ya wanita. Sampai hari Kiamat mereka tetap berbeda.

JATUH CINTA, BERJUTA RASANYA

“Jatuh cinta, berjuta rasanya.” Kalimat ini sangat populer sewaktu saya masih remaja, tatkala lagu ciptaan si cantik Titik Puspa yang dikumandangkan oleh Eddy Silitonga, masuk deretan hits tangga lagu-lagu Indonesia. Saat ini, saya kurang tahu lagu-lagu cinta yang beredar di Indonesia yang popular. Tetapi, saya yakin ada banyak lagu-lagu yang diciptakan dan pasti berbumbu cinta.

Pada umumnya, semua orang sangat terkesan dengan yang namanya cinta. Beberapa film yang sangat terkenal semenjak zaman dahulu hingga saat ini, mulai dari Romeo and Juliet, Endless love, Titanic, dan Sam Pek Eng Tai. Lalu, sederetan film lain Gita Cinta dari SMA, Meteor Garden yang dari F-4, dan Ada Apa dengan Cinta?. Belum lagi ditambah film telenovela baik dari Mexico maupun dari Korea yang penuh air mata, semuanya masuk kategori film box office. Sementara itu, penontonnya dari berbagai kalangan dan usia, orang kaya hingga abang becak, dari yang nggak ngecap sekolah sampai para sarjana.

Mengapa sedahsyat itu? Jawabannya karena cinta itu sangat indah, menarik, dan menakjubkan. Cinta dapat melahirkan tertawa hingga cucuran air mata. Cinta dapat menghasilkan kasih sayang juga dendam.

Tatkala kita berbicara tentang cinta, maka bakal timbul kesan yang berbeda bagi orang yang mendengarnya. Dan, itu tergantung bagaimana pengalaman masing-masing tentang cinta itu sendiri. Ada yang menangkapnya dengan wajah cemberut, ada yang tersipu malu, ada yang memerah pipinya, bahkan ada yang tersenyum bahagia. Ada lagi yang pura-pura tidak tahu, malu tetapi mau, dan ada yang marah. Yang terakhir ini, bagi mereka yang marah, mungkin pernah kecewa karena cinta. Cinta memang bisa membuat orang makan es krim segelas berdua. Tetapi, cinta juga bisa membuat orang meneguk Baygon berdua.

Jarak antara cinta dan benci itu bertetangga. Sedikit saja orang yang bercinta itu melanggar komitmen, maka cinta akan berubah menjadi benci. Mungkin pertama seperti judul lagu pop lima belasan tahun yang lalu, “Benci Tapi Rindu” yang dinyanyikan oleh Diana Nasution. Lalu, kalau tidak bertahan lagi akan berubah menjadi “Selamat Jalan Sayang” yang dinyanyikan oleh Nur Afni Oktavia. Dan akhirnya, muncul kalimat di dalam nyanyian lagu itu yang berkata, “Terlambat sudah kau datang padaku.” Cinta dapat menghasilkan kalimat tiada maaf bagimu!

Cinta itu membuat orang geregetan, serba salah, salah tingkah, gengsi, dan hidup necis. Sebaliknya, yang putus cinta dapat berbalik 180 derajat menjadi loyo, malas merawat tubuh, dan frustrasi. Seorang penyanyi yang bernama Gombloh pernah bilang cinta itu membuat “tahi kucing terasa cokelat”. Tetapi, saya kurang yakin tentunya. Kalau Anda hendak mencoba mencicipinya, saya tidak melarang.

Sekarang kita bertanya, sebenarnya apa itu cinta?
Anda masih ingat pantun seperti ini, Dari mana datangnya lintah? Dari sawah turun ke kali. Dari mana datangnya cinta? Dari mata turun ke hati. Jadi, cinta itu dikatakan dari pandangan mata turun ke hati seseorang. Tetapi, mungkin Anda ingin protes. Sebab, ternyata orang buta pun bisa bercinta. Nah, yang ini bagaimana? Apakah pantun tersebut salah atau bagaimana?

Mari, kita bertanya kembali arti cinta itu. Cinta itu merupakan suatu ungkapan perasaan sayang yang paling dalam dan tidak dapat diwujudkan oleh suatu barang atau apa pun. Cinta itu menyangkut perasaan kita terhadap seseorang atau suatu benda. Namun, biasanya cinta itu identik dengan rasa sayang antarlawan jenis, misalnya cowok kepada cewek atau sebaliknya. Namun, di zaman gila-gilan ini, ternyata mereka yang cowok dengan cowok atau sebaliknya pun dapat bercinta. Itu sebabnya ada seorang ibu pernah mengatakan, bersyukurlah kalau anak Anda mengerti berpacaran. Jadi, dia tahu cara pilih pasangan lawan jenisnya.

Cinta berawal dari suka yang kemudian terus berkembang dan terbentuk tanpa terasa, bahkan menjadi sangat terikat antara satu dengan lainnya dengan wujud sayang. Sehingga, mereka yang sudah terpikat tidak mudah menghapuskan rasa cinta dari dalam hatinya. Apabila orang tersebut tidak siap, maka putus cinta dapat berakibat malapetaka. Misalnya, sakit jiwa atau bahkan ada yang bunuh diri. Ada pula yang gara-gara pernah kecewa pada cinta seseorang memutuskan untuk hidup selibat.

Kata cinta itu (love) merupakan suatu kata yang sangat banyak maknanya. Anda akan bingung sendiri ketika mencoba mendefinisikan sesuai dengan kamus cinta yang Anda baca. Misalnya, ada orang yang mengatakan kita mencintai jantung hati kita, akan tetapi kita juga mencintai bakmi atau orange juice. Apakah dengan kata lain kita membandingkan kekasih kita sepadan dengan bakmi atau orange juice? Tidak juga! Itu sebabnya bingung, bukan?

Bagaimana rasanya jatuh cinta?
Pertanyaan ini cukup menarik untuk disimak, bukan? Orang yang jatuh cinta merasa semuanya berbunga-bunga. Kadang senyum- senyum sendiri, lalu mulai nyisir rambut berulang kali. Para gadis yang tubuhnya subur pun berusaha diet hingga mencapai berat yang standar. Ia rela meninggalkan makanan yang enak-enak. Padahal, kemarin sebelum jatuh cinta makanan itu disantapnya, dari mulai cokelat, ayam goreng, dan sebagianya. Namun sekarang, tatkala ia jatuh cinta maka makanannya menjadi vegetarian, minumannya pun berubah menjadi teh pahit atau air putih.

Menarik juga kalau Anda pernah menonton salah satu saja film India. Biasanya, selain menyajikan adegan perkelahian juga ada adegan cinta. Nah, kenapa kalau di film India orang-orang yang bercinta itu selalu berlari-lari dan sembunyi di bawah pohon-pohon, kadang sambil bergandengan tangan menyanyi? Ini merupakan ciri khas orang India. Beda kalau orang Barat yang bercinta, mainannya di kamar. Hal ini lebih repot lagi dan sering melewati “batas teritorial”.

Seorang penulis pernah mengatakan bahwa jatuh cinta itu dapat membuat orang jadi bodoh. Kenapa bisa jadi bodoh? Saya coba mengerti apa maksudnya. Pikir punya pikir, benar juga! Orang yang jatuh cinta bisa jadi seperti orang bodoh. Kadang senyum sendiri, tertawa sendiri, kadang bicara sendiri, kadang lihat cermin lama-lama sambil bolak-balik kayak fashion show. Namun, kadang juga menangis sendiri, menjerit, atau marah-marah. Sungguh aneh, bukan? Syukurlah, ini masih batas yang normal. Namun, ada yang lebih parah; kadang pergi ke tempat yang jauh menyendiri, lalu mencoba lompat ke sungai, mencoba gantung diri. Kalau di pohon cabe rawit sih nggak masalah. Namun kalau yang dipilih pohon kedondong? Bisa repot, bahaya sekali!. Inilah kira-kira rasanya orang yang sedang jatuh cinta.

CINTA TAK PERNAH SALAH

“Love is infalliable, it has no errors, for all the errors are the want of love.
Cinta tidak pernah keliru, tidak pernah salah, karena semua kesalahan yang terjadi adalah karena menginginkan cinta.”

~ William Law

Awalnya, ketika seorang pria benar-benar jatuh cinta kepada seorang wanita, dunia terasa indah. Hidup jadi lebih bersemangat dan penuh arti. Apa saja tentang wanita tersebut pasti akan menarik perhatiannya. Setiap kali bertemu, hati bergetar dan jantung pun berdebar. Kemudian, ketika pria menyatakan cinta dan wanita menerima, mereka pun sepakat untuk pacaran. Masa pacaran adalah masa yang paling indah karena memberikan kesempatan untuk mengenal satu sama lain secara lebih mendalam.

Ketika pasangan akhirnya memutuskan untuk menikah dan mengucapkan janji setia; dalam suka maupun duka, ketika sehat ataupun sakit, di saat senang ataupun susah—kata-kata tersebut pastilah keluar dari lubuk hati yang terdalam. Artinya, pasangan tersebut telah bersepakat untuk memulai hidup baru bersama dengan modal utama adalah cinta yang mereka miliki. Cinta yang dipercaya akan menjadi perekat hati mereka untuk selama-lamanya sampai maut datang memisahkan.

Akan tetapi, yang sering kita jumpai adalah cinta menjadi luntur hanya setelah beberapa tahun menikah. Bahkan, ada yang di saat pernikahan baru berjalan beberapa bulan atau bahkan ada yang dalam hitungan minggu saja. Mengapa ini bisa terjadi?

Kita semua tahu bahwa di saat pacaran, cinta itu selalu ada karena adanya rasa penasaran yang menyebabkan letupan-letupan kecil di dalam hati. Ketika akan bertemu, pria mungkin bertanya-tanya dalam hati, “Apa yang akan saya katakan kepadanya jika dia keluar menyambut kedatangan saya?” Ketika pasangannya marah, pria selalu tertantang untuk memenangkan hatinya kembali. Segalanya terasa indah sampai ketika pasangan memasuki fase yang namanya ‘perkawinan’.

Setelah resmi menikah dan tinggal di bawah satu atap, di sinilah masalah berawal. Tanpa disadari, kita mulai terbelenggu dengan apa yang disebut ‘rutinitas’ dan ditambah lagi dengan kehadiran anak dalam keluarga. Wanita yang bekerja di luar rumah dan juga harus menjalankan perannya sebagai seorang ibu pasti memiliki beban yang lebih berat dibandingkan dengan wanita yang tidak bekerja.

Akibatnya, tanpa disadari, ketika anak dan pekerjaan menjadi prioritas utama, wanita hampir tidak mempunyai waktu luang untuk memadu kasih dengan pria yang menjadi pasangan hidupnya. Kasih itu bagaikan tanaman yang membutuhkan pupuk untuk menjadi besar dan subur. Pupuk yang utama dalam agar cinta dan kasih dapat tumbuh subur adalah ‘komunikasi’.

Kurangnya komunikasi membuat bagi pasangan suami istri sulit untuk mengungkapkan perasaaan satu sama lain. Ketika ini terjadi, yang sering ada adalah wanita menjadi lebih sensitif, gampang marah, dan sering menyalahkan pria karena merasa tidak dimengerti dan diperhatikan. Pria yang juga merasakan bahwa dia pun memiliki kebutuhan emosional yang harus dipenuhi, biasanya lebih memilih diam dan menyimpannya di dalam hati daripada harus ribut.

“Apa boleh buat, inilah salah satu konsekuensi berumah tangga yang harus saya pikul,” begitulah biasanya yang ada di pikiran laki-laki.

Saya tidak mungkin meninggalkan istri saya karena saya tidak mau kehilangan anak-anak.”

Akhirnya, perlahan tapi pasti, hidup bekeluarga terasa monoton dan membosankan. Hubungan suami-istri menjadi hambar dan kering sehingga hidup serasa hanya untuk memenuhi sebuah kewajiban saja.

Hal ini terus berjalan sampai suatu hari, ketika pria tersebut jatuh cinta lagi kepada wanita lain…

“I slept and dreamed that life was beauty, I woke and found that life was duty.— Saya tidur dan bermimpi bahwa hidup itu indah. Saya terjaga dan menemukan bahwa hidup itu adalah kewajiban.”
~ Nono Sarwono, DTM

Apa yang Membuat Pria Jatuh Cinta Lagi kepada Wanita Lain?
Ketika ditanya, apa yang biasanya membuat pria tertarik atau jatuh cinta lagi kepada wanita lain, beginilah kira-kira jawabannya:

“Saya suka senyumannya yang manis.”

“Saya merasa nyambung ketika berbicara dengannya.”

“Ketika bersamanya, saya menemukan kembali sesuatu yang hilang dalam hidup saya selama ini.”

“Akhirnya, saya menemukan wanita yang saya idam-idamkan selama ini.”

“Dia begitu sempurna.”

“Dia sangat pintar.”

“Dia berasal dari keluarga terpandang.”

“Dia cantik luar dalam.”

“Dia sangat perhatian dan mau mengerti kekuranganku.”

“Saya tidak tahu kenapa saya bisa jatuh cinta kepadanya.”

“Dia memiliki daya tarik seksual yang tinggi.”

“Dia membuat hidup saya menjadi berarti.”

Ini cerita tentang seorang pria asing yang berumur 32 tahun dan telah menikah selama 8 tahun. Istrinya memiliki kedudukan yang tinggi di perusahaan tempatnya bekerja dan sangat sibuk. Ketika WIL-nya (wanita idaman lain), seorang gadis berumur 20 tahun bertanya apakah dia masih mencintai istrinya, dia pun menjawab dengan singkat:

“I loved her with ‘d’ (dibaca di-pen).”

Maksudnya adalah, “Saya mencintainya, tapi sekarang tidak lagi (dalam Bahasa Inggris, untuk melukiskan kejadian yang sudah berlalu, banyak kata kerja diberi imbuhan d atau ed).

Pria tersebut sampai ingin mendapatkan pekerjaan di Jakarta agar dapat selalu dekat dengan WIL-nya. Dia ingin sekali menceraikan istrinya dan menikahi wanita idamannya. Walaupun wanita tersebut menikmati hubungannya dengan pria asing yang telah berkeluarga, tetapi dia tidak mau dinikahi karena tidak ingin menghancurkan kehidupan rumah tangga wanita lain. Mereka pun akhirnya berpisah dan hubungan tersebut meninggalkan banyak kenangan yang terindah.

Jadi, belajar dari kata-kata yang diucapkan pria ketika mereka jatuh cinta lagi, kita dapat menduga bahwa ada hal-hal yang dulu membuat dia jatuh cinta kepada istrinya, yang kini telah hilang. Hubungan yang dibiarkan apa adanya akhirnya akan mengikis rasa cinta yang dulunya ada. Dan, ketika cinta itu telah hilang, ia akan dengan mudah digantikan oleh cinta yang lain. Cinta memang tidak pernah keliru ataupun salah. Mungkin, yang salah adalah perasaan yang menginginkan rasa cinta itu.

Google My Search History Personalizes the Web

Say goodbye to bookmarks: Google has rolled out a seriously cool search history feature that automatically keeps track of all of your web searches and every page that you view from search results.

The new Google My Search History feature is a beta application launched in Google labs. To use it, you need to have an active Google account (Gmail, Google Groups or Google Answers—registration is free). From that point on, all of your queries and search results are logged by Google.

My Search History differs from the automatic caching feature in the Google Desktop application, which saves copies of web pages you’ve viewed on your personal computer. My Search History doesn’t save web pages; rather, it saves your search behavior, and makes it easy to rediscover both your past queries and the search result pages you’ve viewed.

“We view this product as a complement to the desktop search,” said Marissa Mayer, Director of Consumer Web Products.

Unlike personalization options from Yahoo and Ask Jeeves that are hidden away and have their own interface, Google’s My Search History integrates directly into the main Google search and result pages. And you don’t have to do anything special, such as explicitly select search results, to make it work.

Using the application is easy. Simply enter your query in a Google search box and click the additional “Search History” button that is installed next to the familiar “Search Web” button. Results are displayed in what Google calls the Main View for your search history.

Results on this view are ordered by date, with your most recent searches appearing at the top. Each of your search queries is displayed as a linked, boldfaced term. To re-run a search, simply click the link. Beneath each search term is a list of results that you viewed from that search, along with the time and number of times you’ve viewed each page.

A calendar on the right side of the result page allows you to access the searches you did on a particular date. Color on a date box on the calendar shows the number of searches you did on that day. White means zero, and shades of green from lighter to darker indicate heavier usage.

As you build a search history, Google begins to cluster results from related queries together, making it easier to find conceptually similar results even if you can’t recall the exact search terms you used. “We’re running some interesting clustering and related algorithms to understand whether you’ve searched for topics like this in the past,” said Mayer.

The more search history Google has to work with, the better the related results, at least in theory. “The interesting thing about these products is that it really does take a while to build up enough history to be useful,” said Mayer.

My Search History also integrates with Google web search. If relevant results from your history are available for a Google web search, you’ll see My Search History results in the “one-box” area at the top of the result page. Google also displays one-box results when it finds relevant links from Google News, shopping, local or desktop search results.

How does Google determine when to display one-box results? If you’re running the Google Desktop application, these results from your own computer will override My Search History results. In other cases, it’s less clear whether you’ll see one-box results or not.

“We’re actively tuning our one box triggers to deliver the most relevant results possible,” said Mayer, adding that she saw a query that returned four sets of one-box results and she felt that was too many.

Editing Your Search History

To enable My Search History, you need to activate it and start searching. Google has not saved any of your previous queries, so you’ll be starting with a clean slate the first time you use the application.

What if you don’t want some of your search history saved? Google provides several mechanisms to control what’s included in your own history.

A “pause” link displayed at the top of search results serves as a toggle, temporarily halting the recording of your search results until you enable it again. You can also edit your search history, deleting queries and search results that you don’t want included.

“I personally think the right way to control what’s in your search history is to go in and retroactively remove items that bother you,” said Mayer. “That way you don’t have to worry about it ahead of time.”

Of course, you can also simply sign off and use the standard Google service if you don’t want your search activities recorded. You can also delete the service entirely via the My Account settings for your Google account.

If you opt to use My Search History, you should take the time to review Google’s privacy policy and terms of service. Google is quite upfront about the types of information it collects and how it’s used, as well as the safeguards it has in place to protect your privacy.

Google says it will not disclose the personal information it collects to other companies or individuals, with a few exceptions. Nonetheless, you should read the policy yourself to decide whether you’re comfortable with these disclosures.

Google vs. Other Personalized Search Tools

Google has set a new standard for usefulness and ease of use with My Search History. Ask Jeeves and Yahoo introduced personalization features last year, and AOL Search added a nifty search history feature with its recent upgrade. But none are as compelling as My Search History.

Ask Jeeves introduced My Jeeves in September 2004. Danny weighed in with comments about the new service in a blog post, noting that it really amounted to baby steps toward personalization by Ask Jeeves. He also noted that MSN was the first to introduce personal search history in 1999 via Internet Explorer, but this program was quietly withdrawn.

I wrote about My Yahoo Search in the SearchDay article Yahoo Introduces Personal Search, back in October 2004. While I was reasonably impressed with the service, I concluded that it didn’t offer compelling reasons to use it unless you were looking for what amounts to an enhanced bookmark utility that’s tied to Yahoo search results.

Other services such as A9.com and Eurekster have offered personalized search for some time. We’ve also got nifty services such as Looksmart’s Furl, Onfolio, Nextaris and others that help you to create your own personal archive of web pages and make them searchable.

But all of these are one-step away from being directly integrated with a major search engine. Google’s My Search History doesn’t replace all of the features these other programs offer—at least not yet. But it is the strongest personal search offering from a major search engine to date, and is something most frequent Google users will want to set up and use on a regular basis.

Don’t expect Yahoo, Ask Jeeves, MSN or AOL Search to stand still. Personalized search has long been touted as one of the holy grails for the industry. This year the promise is finally being realized in a way that strikes the appropriate balance between useful results and privacy concerns. Beginning today with Google’s launch of My Search History, I expect to see major leaps ahead in the arena of personalized search—and that’s a good thing.

Want to discuss or comment on this story? Join the Google Enhances Personalized Search discussion in the Search Engine Watch forums.