Biggest Purge In Google’s History As 300 Jobs Cut

Internet behemoth Google Inc. is doing some downsizing after merging with a newly acquired company, announcing 300 layoffs at its just purchased online advertising firm DoubleClick.

There may be additional layoffs at the overseas offices for DoubleClick as well, according to the San Francisco Chronicle.

DoubleClick, which is based in New York and San Francisco, was bought last month for more than $3.2 billion.

Read the rest of this entry »

Google Milestones

Google is a play on the word googol, which was coined by Milton Sirotta, nephew of American mathematician Edward Kasner, and was popularized in the book, Mathematics and the Imagination by Kasner and James Newman. It refers to the number represented by the numeral 1 followed by 100 zeros. Google’s use of the term reflects the company’s mission to organize the immense, seemingly infinite amount of information available on the web.

Read the rest of this entry »

Posted in google. 3 Comments »

Berpacaran yang Sehat dan Bebas Aids

Adalah sesuatu yang mustahil, melarang remaja untuk melakukan interaksi dengan lawan jenisnya. Proses interaksi yang lebih lanjut yang diwujudkan dengan berpacaran merupakan hal yang wajar dan baik bagi pengembangan aspek kematangan emosional remaja itu sendiri. Namun, harus ada rambu-rambu yang dipasang agar tidak terjadi berpacaran yang berlebihan, apalagi sampai melakukan hubungan seksual dan terjadi kehamilan yang tidak diinginkan dan pada akhirnya mengambil jalan pintas dengan menggugurkan kandungan.

Read the rest of this entry »

SEBAGIAN PENYELEWENGAN YANG TERJADI DALAM PERKAWINAN

Assalamualaikum,

Untuk sobat-sobatku, insya Allah ini bagus untuk
dibaca

SEBAGIAN PENYELEWENGAN YANG TERJADI DALAM PERKAWINAN
YANG WAJIB DIHINDARKAN/DIHILANGKAN

Read the rest of this entry »

Hukum Pacaran Dalam Islam

1. Hukum pacaran itu bagaimana sih? ….
2. Saya ingin tanya tentang pergaulan antara pria dan wanita menurut syariat islam! dan bagaimana hukumnya apabila tidak berpacaran namun bergaul dengan pria lain dan pria itu timbul perasaan terhadap kita walaupun kita tidak ingin dikatakan berpacaran dengan pria itu walaupun wanitanya lama-lama juga timbul perasaan tertarik pada pria tersebut? Atas jawabannya saya ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya! …
3. Saya muslimah ingin menyakan tentang hukum pacaran saya pernah dengar katanya pacaran itu haram lalu bagi cowok untuk mengetahui sifat/karakter pujaannya bisa mengirim saudaranya untuk mengetahui nya(mohon koreksinya), lalu bagaimana dengan cewek? apakah juga perlu mengirimkan saudaranya untuk mengetahui sifat cowok pujaanya? …

Read the rest of this entry »

Ada Apa dengan Valentine’s Day?

Pada bulan Februari, kita selalu menyaksikan media massa, mal-mal, pusat-pusat hiburan bersibuk-ria berlomba menarik perhatian para remaja dengan menggelar pesta perayaan yang tak jarang berlangsung hingga larut malam bahkan hingga dini hari. Semua pesta tersebut bermuara pada satu hal yaitu Valentine’s Day. Biasanya mereka saling mengucapkan “selamat hari Valentine”, berkirim kartu dan bunga, saling bertukar pasangan, saling curhat, menyatakan sayang atau cinta karena anggapan saat itu adalah “hari kasih sayang”. Benarkah demikian?

Read the rest of this entry »

Poligami dalam Islam

Dr. Yusuf Al-Qardhawi menuliskan bahwa di masa lalu, peradaban manusia sudah mengenal poligami dalam bentuk yang sangat mengerikan, karena seorang laki-laki bisa saja memiliki bukan hanya 4 istri, tapi lebih dari itu. Ada yang sampai 10 bahkan ratusan istri. Bahkan dalam kitab orang yahudi perjanjian lama, Daud disebutkan memiliki 300 orang istri, baik yang menjadi istri resminya maupun selirnya. (Dr. Yusuf Al-Qardhawi, Ruang lingkup Aktivitas Wanita Muslimah, hal. 184)

Wanita, Cinta dan Naluri Seks dalam Tinjauan Islam

Realita yang ada pada generasi muda muslim pada masa sekarang ini, secara mayoritas sedang terbuai dengan ribuan jaring kemungkaran modernisasi, seperti perzinaan dengan berbagai modelnya, namun justru ia sering dijadikan standar kemajuan dan globalisasi.

Seks yang merupakan fitrah dan karunia Allah Ta’ala berubah fungsi menjadi ajang komoditi mencari keuntungan sebesar mungkin. Norma-norma yang berlaku di dalam tata kehidupan tidak lagi menjadi pegangan. Pupusnya rasa malu kaum Hawa terlihat pula dari turut andilnya mereka menanam saham kebatilan di bidang sandang. Mode-mode pakaian yang dililitkan ke tubuhnya sudah begitu jauh dari tuntunan syari’at. Padahal Allah Ta’ala berfirman:”Hai Nabi! Katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anakmu yang perempuan dan orang-orang perempuan yang beriman, supaya mereka menutup tubuhnya dengan jilbab, yang demikian itu supaya mereka lebih dikenal, karena itu supaya mereka tidak diganggu, dan Allah itu Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (Al-Ahzab: 59).

Bila ayat ini masih dianggap belenggu yang merantai kebebasan kaum Hawa, maka dapatlah dipastikan, hujan birahi pun tak kan terelakkan, hingga dengan mudahnya kita saksikan jutaan perempuan bergentayangan di jalan-jalan, dan mempersilakan auratnya disapu mata sembarang orang. Padahal Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dalam riwayat Imam Muslim bersabda, artinya: “Mereka tidak akan masuk Surga dan tidak akan mencium wangi Surga, padahal wangi Surga itu tercium sejauh perjalanan sekian dan sekian.”

Sebab meskipun berpakaian, pada hakikatnya mereka telanjang. Ironinya, setiap hari kita selalu dihadapkan kepada permasalahan di atas, yaitu urusan kelamin seksualitas). Kemana-mana kita terganggu oleh rayuan perempuan, wajahnya,lenggak-lenggoknya, suaranya, semuanya penuh magnit dan daya tarik.

“Dijadikan indah pada pandangan manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu; wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah lah tempat kembali yang baik.” (Ali Imran: 14).

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, artinya: “Tidaklah ada suatu cobaan yang terjadi sepeninggalku yang lebih berbahaya bagi kaum laki-laki, yang melebihi bahayanya cobaan yang berhubungan dengan soal wanita”. (HR. Al-Bukhari dan Muslim).

Ibnul Qayyim Al-Jauziyyah dalam kitabnya Raudhatul Muhibbin wa Nuzhatul Musytaqqin menyatakan, ada tiga faktor yang menyebabkan tumbuhnya perasaan cinta, yaitu:

1.Sifat-sifat yang dimiliki oleh seseorang yang membuat ia dicintai oleh kekasihnya.
2.Perhatian sang kekasih terhadap sifat-sifat tersebut.
3.Pertautan antara seseorang yang sedang jatuh cinta dengan orang yang dicintainya.

Dengan kelengkapan ketiga faktor cinta yang dikemukakan oleh Ibnul Qayyim tersebut, maka terbuktilah tali percintaan, dan akan menjadi lemah jika terdapat kekurangan dari ketiga faktor itu. Hal ini diakui oleh Islam dan oleh semua pihak yang menentang Islam. Tapi Islam membedakan antara cinta dan seks sebagai nafsu. Cinta adalah mawaddah wa rahmah, sedang nafsu seks sebagai naluri adalah nafsu syahwat. Keduanya hanya bisa bersatu dalam perkawinan, karena berseminya cinta yang terjadi sesudah pernikahan adalah cinta yang dijamin oleh Allah Ta’ala , sebagaimana tercantum dalam surat Ar-Rum ayat 21, artinya: “Dan diantara tanda-tanda kekuasaanNya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikannya di antaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir.”

Dari ayat di atas dapat kita simpulkan, bahwa Islam tidak mengenal percintaan sebelum perkawinan yang sah, apalagi dengan pengumbaran nafsu syahwat, sehingga menjadi naluri dan cenderung mengajak pada perbuatan-perbuatan yang mengundang murka Allah Ta’ala, sebagaimana telah termaktub dalam Surat Yusuf ayat 53, artinya: “Dan aku tidak membebaskan diriku (dari kesalahan), karena sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Tuhanku. Sesungguhnya Tuhanku Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”

Ibnul Qayyim berkata: “Hubungan intim tanpa pernikahan adalah haram dan merusak cinta, malah cinta di antara keduanya akan berakhir dengan sikap saling membenci dan bermusuhan, karena bila keduanya telah merasakan kelezatan dan cita rasa cinta, tidak bisa tidak akan timbul keinginan lain yang belum diperolehnya.”

“Bohong!”, itulah komentar sinis mereka guna membela nafsu syahwatnya, untuk melegimitasi percintaan secara haram. Bahkan lebih parah lagi, mereka berani bersumpah, cinta yang dilahirkan bersama sang kekasih adalah cinta suci, bukan cinta birahi dan syaithani. Padahal yang dijaga dalam Islam bukanlah semata-mata perihal kepemudaan, kegadisan dan selaput dara saja, tetapi lebih dari itu, kesucian mata, telinga, hidung, tangan, kaki dan sekujur anggota tubuh. Bahkan kesucian hati juga wajib dijaga. Zinanya mata adalah berpandangan dengan bukan mahramnya, zinanya hati adalah membayangkan dan mengkhayal, dan zinanya tangan adalah menyentuh tubuh wanita yang bukan mahramnya.Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

“Telah ditulis atas anak Adam bagiannya dari hal zina yang akan ditemui dalam hidupnya, tidak bisa tidak. Zinanya mata adalah melihat, zinanya telinga adalah mendengar, zinanya kaki adalah berjalan, dan zinanya hati adalah keinginan dan berangan-angan, dan semua itu dibenarkan atau didustakan oleh kelaminnya.” (HR. Muslim dari Abu Hurairah).

Namun jaring-jaring cinta di luar perkawinan telah meninabobokkan manusia dalam tali asmara. Asmara yang bergejolak menuntut keintiman dan kesyahduan, sehingga cinta buta menjadi mahar yang menghalalkan hubungan kelamin kisah kasih dua insan yang berlainan jenis.

Untuk itu dalam menghadapi semua ini, hendaklah kita senantiasa berpedoman pada aturan-aturan yang telah ditetapkan oleh Islam, di antaranya adalah:

A. Menjaga Pandangan Mata

Memelihara mata cukuplah dengan menundukkan pandangan bila ada pria atau wanita yang bukan mahramnya, dan jangan memandangnya berulang-ulang. Hal ini diatur oleh Allah dan RasulNya agar kita dapat mengendalikan mata sebagai panca indera yang sangat peka terhadap seks. Allah Ta’ala berfirman, artinya: “Katakanlah kepada orang-orang yang beriman agar mereka menundukkan sebagian dari pandangan mata (terhadap wanita) dan memelihara kemaluan mereka. Yang demikian itu lebih suci bagi mereka. Sesungguhnya Allah mengetahui apa yang mereka kerjakan, dan katakanlah kepada wanita yang beriman, hendaklah mereka menahan pandangannya dan memelihara kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya kecuali yang biasa nampak daripadanya.” (An-Nur: 30-31).

Tapi ada pula memandang untuk suatu keperluan yang diperbolehkan, seperti dalam pengobatan, peminangan dan segala sesuatu yang telah disyari’atkan dalam Islam. Sebagaimana disebutkan dalam sebuah hadits, artinya:

“Dari Mughirah bin Syu’bah, bahwa ia hendak menikah dengan seorang wanita, Nabi bertanya, ‘Sudahkah kamu melihatnya?’, ‘Belum’, jawabnya, lalu Nabi bersabda, ‘Lihatlah ia, sesungguhnya dengan melihatnya lebih menenteramkan hati kamu berdua’.” (HR. An-Nasa’i, Ibnu Majah dan At-Tirmidzi).

B. Menjauhi Pergaulan Bebas

Pergaulan bebas pasti menimbulkan hal-hal negatif yang tidak diinginkan. Hal ini bisa dilihat di barat, yang meng-agungkan kebebasan dalam segala hal, termasuk dalam seks. Kini mereka menjerit, angka perceraian sangat tinggi, setiap menit terjadi tindak perkosaan dan pranata pernikahan diragukan, terjadilah dekadensi moral dan tersebar berbagai penyakit kelamin.

Allah Ta’ala membuat rambu-rambu pergaulan laki-laki dan wanita yang bukanmahramnya dalam firmanNya:

“Dan janganlah kalian mendekati zina, sesungguhnya zina itu suatu perbuatan yang keji dan suatu jalan yang buruk.”(Al-Isra’: 32).

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

“Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir, janganlah ia bersunyi sepi berduaan dengan wanita yang tidak didampingi mahramnya, karena yang menjadi pihak ketiganya adalah syaitan.” (HR. Ahmad).

Apalagi halnya sampai bersentuhan dengan lawan jenis yang bukan mahramnya. A’isyah radiallahu anha berkata: “Tangan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam tidak pernah sama sekali menyentuh tangan perempuan di dalam bai’at, bai’at Rasulullah dengan mereka adalah berupa ucapan.” (HR. Al-Bukhari).

KEDUDUKAN PRIA DAN WANITA DALAM ISLAM

Islam telah menegaskan pada awal surat An-Nisaa’ bahwa perempuan dan laki-laki setara dalam hal penciptaan dan perkembangan. Allah subhanahu wata’ala berfirman, artinya, ”Wahai sekalian manusia, bertaqwalah kalian semuanya kepada Allah yang telah menciptakan kalian dari diri yang satu (Adam), dan menciptakan pasangannya (Hawa’) dari dirinya.” (QS. An-Nisa’: 1)

Maka perempuan adalah pasangan laki-laki, demikian juga sebaliknya. Ayat di atas memberikan manfaat bahwa hubungan akan menjadi sempurna, lagi lengkap bila ada masing-masing dari keduanya, laki-laki dan perempuan. Demikian juga Allah subhanahu wata’ala menggabungkan antara dua jenis ini dalam urusan kekhilafahan bumi untuk mengatur dan memperbaiki dunia, laki-laki dan perempuan.

Allah subhanahu wata’ala berfirman, artinya,
”Dan ingatlah ketika Rabbmu berfirman kepada para malaikat-Nya, “Sungguh Aku akan jadikan khalifah di muka bumi … Dan Kami berfirman, “Wahai Adam, tinggallah kamu beserta pasanganmu di dalam surga.” (QS. Al-Baqarah: 30 dan seterusnya)

Allah menyamakan laki-laki dan perempuan dalam hal kemuliaan dan keutamaan, di mana hal ini merupakan kekhususan bagi manusia. Allah subhanahu wata’ala berfirman, artinya, “Dan sungguh, Kami telah memuliakan anak keturunan Adam, dan Kami bawa mereka di daratan dan di lautan, dan Kami beri rizki mereka dengan rizqi yang baik, dan Kami utamakan mereka di atas kebanyakan makhluk Kami.” (QS. Bani Israil: 70)

Wahai Daud, Sungguh Kami telah menjadikanmu sebagai khalifah di bumi, maka tetapkanlah hukum terhadap manusia dengan benar, dan janganlah mengikuti hawa nafsu.” (QS. Shad: 26)

Al-Qur’an dan As-Sunnah sudah menetapkan bahwa laki-laki dan perempuan sederajat ini. Maka kita tidak mendapati penyebutan laki-laki, kecuali pasti digandengkan dengan penyebutan perempuan. Allah subhanahu wata’ala berfirman, artinya, ”Barangsiapa beramal shalih, baik laki-laki maupun perempuan, sedangkan dia dalam keadaan beriman, kecuali pasti kami akan berikan kepadanya kehidupan yang baik (di dunia)…” (QS. An-Nahl: 79)

Demikianlah, Al-Qur’an telah memberikan penjelasan dengan sangat gamblang yang tidak mungkin bisa ditutup-tutupi oleh kedustaan para pendusta dan sekaligus jastifikasi atas kesepadanan laki-laki dengan wanita dalam penciptaan dan perkembangan.

Dan para propagandis kesetaraan gender lupa atau pura-pura lupa bahwa Islam memperlakukan sama, baik kepada laki-laki maupun perempuan, dalam hak untuk mendapatkan pendidik-an dan beramal. Allah subhanahu wata’ala berfirman, artinya, “Dan barangsiapa yang beramal dengan amal kebajikan, baik laki-laki maupun perempuan, sedangkan dia dalam keadaan mukmin….” (An-Nahl: 97)

Dalam ayat ini, Allah subhanahu wata’ala menyejajarkan Islam untuk laki-laki dan Islam untuk perempuan dalam hal mendapat pahala atas amal kebajikannya. Allah subhanahu wata’ala pun berfirman, artinya,
“Allah memberikan bagian bagi laki-laki atas apa yang sudah mereka usahakan, dan Allah juga memberikan bagian kepada perempuan atas apa yang mereka telah usahakan.” (QS. An-Nisaa’: 32)

Allah subhanahu wata’ala juga menyejajarkan laki-laki dan perempuan dalam hal perwalian/perlindungan. Allah subhanahu wata’ala berfirman, artinya, “Dan orang-orang mukmin dan mukminat, masing-masing menjadi wali (pelindung) bagi yang lainnya.” (QS. At-Taubah: 71)

Demikian juga dalam permasalahan pengurusan tanggung jawab dalam tambahan ayat berikutnya. Allah subhanahu wata’ala berfirman, artinya,
“Mereka mengajak kepada yang bajik dan melarang dari perbuatan munkar.” (QS. At-Taubah: 71)

Amar ma’ruf dan nahi munkar adalah tugas khusus yang Allah subhanahu wata’ala berikan kepada orang-orang mukmin, laki-laki dan perempuan. Pun sudah masyhur, adanya wanita yang dikenal dengan ketelitian dan kejujurannya dalam periwayatan hadits. Dan tidak pernah diketahui dalam sejarah periwayatan hadits, adanya seorang wanita yang dikenal sebagai pendusta.

A’isyah, ummul mukminin, adalah di antara wanita yang terbanyak meriwayatkan hadits, sampai beliau disebutkan telah meriwayatkan 1210 hadits. ‘Urwah bin Zubair mengo-mentari kehebatan Aisyah dengan mengatakan, “Aku tidak pernah menemui seorang yang lebih berilmu dalam fiqh, medis, dan syair daripada Aisyah.” Beliau adalah seorang ulama, memberikan pengajaran kepada anak-anak di masa khilafah Umar dan Utsman, bahkan hingga beliau wafat.

Dan dalam tataran kesejajaran sebagaimana yang dijabarkan Allah dalam Al-Qur’an dan hadits, tidak pernah ada masing-masing saling menjatuhkan, baik laki-laki dengan kelebihannya ataupun perempuan dengan kelebihannya yang lain. Bahkan keduanya sama kedudukannya dalam tanggung jawab. Hal ini sungguh jauh berbeda dengan sistem-sistem aturan yang pernah ada sebelumnya yang menjadikan laki-laki mendhalimi perempuan. Misalnya, tidak ada qishash jika ada yang membunuh perempuan, Islam tidak demikian!!! Allah berfirman, artinya, “Setiap diri akan bertanggung jawab terhadap apa yang telah diperbuatnya.” (QS. Al-Muzammil: 38)

“Dan kami sudah mewajibkan kepada mereka dalam urusan ini, yaitu nyawa harus dibalas dengan nyawa.” (QS. Al-Ma’idah: 45)

“Dan janganlah kalian membunuh jiwa yang telah Allah haramkan kecuali dengan alasan yang benar.” (QS. Bani Israil: 33)

“Dan ketika bayi-bayi perempuan ditanya, atas dosa apakah mereka dibunuh.” (QS. Al-Takwir: 8-9)

Laki-laki dan perempuan juga sama kedudukannya di hadapan Allah dan di depan hukum. Hal ini adalah kesimpulan yang diambil dari hadits Rasulullah yang berbunyi, “Perempuan adalah saudara laki-laki.”

Laki-laki Berbeda dengan Wanita

Di antara kesalahan yang terus melekat dan dialami oleh kaum muslimin adalah mengimpor budaya Barat, padahal permasalahan dan gaya hidup mereka benar-benar berbeda dengan karakteristik dan kebutuhan kita. Kita telah melampaui masa sekian abad lamanya dan kita tidak memprotes sedikit pun terhadap ayat Allah yang berbicara tentang perempuan. Allah berfirman, artinya, “Dan tidaklah sama antara laki-laki dengan perempuan.” (QS. Al-Imron: 36)

Para laki-laki muslim dari dahulu tidak pernah “merasa lebih” dengan ayat ini; dan para wanita muslimahnya pun tidak merasa disingkirkan dengan ayat di atas. Mereka memahami bahwa ayat tersebut memang sedang berbicara bahwa demikianlah sifat fitri (sesuai dengan tabiat) yang masing-masing memiliki karakteristik tersendiri tidak hanya antara anak manusia, bahkan antar laki-laki dan antar wanita pun demikian.

Mereka yang selalu mempropagandakan kesetaraan gender mengatakan, “Sesungguhnya perbedaan antara laki-laki dan perempuan hanyalah muara yang ditumbuhkan oleh lingkungan yang mengelilingi mereka, adat kebiasaan yang tumbuh bersamanya, dan pendidikan yang ia terima semenjak kecil.”

Dr. Muhammad Rasyid Al-Oweid membantah ucapan mereka dengan jawaban yang sangat bagus. Beliau berkata, “Penelitian dan penelaahan serta ilmu pengetahuan secara keseluruhannya mengatakan hal yang sebaliknya daripada apa yang mereka katakan. Sudah tegas dan jelas bahwa perbedaan antara 2 gender (laki-laki dan perempuan) adalah perbedaan pada organ-organ tubuh, genetika, dan bukan perbedaan yang dicapai melalui proses belajar. Oleh karena itu, propaganda kesetaraan gender adalah propaganda yang akan gagal dan selalu gagal, sebab hal itu bertentangan dan menentang fithrah dan tabiat setiap jenis manusia.“

Tidak akan ada wanita “normal” yang mau dikatakan sama dengan laki-laki, dan tidak akan ada laki-laki “normal” yang mau dikatakan sama dengan wanita, laki-laki ya laki-laki, wanita ya wanita. Sampai hari Kiamat mereka tetap berbeda.

JATUH CINTA, BERJUTA RASANYA

“Jatuh cinta, berjuta rasanya.” Kalimat ini sangat populer sewaktu saya masih remaja, tatkala lagu ciptaan si cantik Titik Puspa yang dikumandangkan oleh Eddy Silitonga, masuk deretan hits tangga lagu-lagu Indonesia. Saat ini, saya kurang tahu lagu-lagu cinta yang beredar di Indonesia yang popular. Tetapi, saya yakin ada banyak lagu-lagu yang diciptakan dan pasti berbumbu cinta.

Pada umumnya, semua orang sangat terkesan dengan yang namanya cinta. Beberapa film yang sangat terkenal semenjak zaman dahulu hingga saat ini, mulai dari Romeo and Juliet, Endless love, Titanic, dan Sam Pek Eng Tai. Lalu, sederetan film lain Gita Cinta dari SMA, Meteor Garden yang dari F-4, dan Ada Apa dengan Cinta?. Belum lagi ditambah film telenovela baik dari Mexico maupun dari Korea yang penuh air mata, semuanya masuk kategori film box office. Sementara itu, penontonnya dari berbagai kalangan dan usia, orang kaya hingga abang becak, dari yang nggak ngecap sekolah sampai para sarjana.

Mengapa sedahsyat itu? Jawabannya karena cinta itu sangat indah, menarik, dan menakjubkan. Cinta dapat melahirkan tertawa hingga cucuran air mata. Cinta dapat menghasilkan kasih sayang juga dendam.

Tatkala kita berbicara tentang cinta, maka bakal timbul kesan yang berbeda bagi orang yang mendengarnya. Dan, itu tergantung bagaimana pengalaman masing-masing tentang cinta itu sendiri. Ada yang menangkapnya dengan wajah cemberut, ada yang tersipu malu, ada yang memerah pipinya, bahkan ada yang tersenyum bahagia. Ada lagi yang pura-pura tidak tahu, malu tetapi mau, dan ada yang marah. Yang terakhir ini, bagi mereka yang marah, mungkin pernah kecewa karena cinta. Cinta memang bisa membuat orang makan es krim segelas berdua. Tetapi, cinta juga bisa membuat orang meneguk Baygon berdua.

Jarak antara cinta dan benci itu bertetangga. Sedikit saja orang yang bercinta itu melanggar komitmen, maka cinta akan berubah menjadi benci. Mungkin pertama seperti judul lagu pop lima belasan tahun yang lalu, “Benci Tapi Rindu” yang dinyanyikan oleh Diana Nasution. Lalu, kalau tidak bertahan lagi akan berubah menjadi “Selamat Jalan Sayang” yang dinyanyikan oleh Nur Afni Oktavia. Dan akhirnya, muncul kalimat di dalam nyanyian lagu itu yang berkata, “Terlambat sudah kau datang padaku.” Cinta dapat menghasilkan kalimat tiada maaf bagimu!

Cinta itu membuat orang geregetan, serba salah, salah tingkah, gengsi, dan hidup necis. Sebaliknya, yang putus cinta dapat berbalik 180 derajat menjadi loyo, malas merawat tubuh, dan frustrasi. Seorang penyanyi yang bernama Gombloh pernah bilang cinta itu membuat “tahi kucing terasa cokelat”. Tetapi, saya kurang yakin tentunya. Kalau Anda hendak mencoba mencicipinya, saya tidak melarang.

Sekarang kita bertanya, sebenarnya apa itu cinta?
Anda masih ingat pantun seperti ini, Dari mana datangnya lintah? Dari sawah turun ke kali. Dari mana datangnya cinta? Dari mata turun ke hati. Jadi, cinta itu dikatakan dari pandangan mata turun ke hati seseorang. Tetapi, mungkin Anda ingin protes. Sebab, ternyata orang buta pun bisa bercinta. Nah, yang ini bagaimana? Apakah pantun tersebut salah atau bagaimana?

Mari, kita bertanya kembali arti cinta itu. Cinta itu merupakan suatu ungkapan perasaan sayang yang paling dalam dan tidak dapat diwujudkan oleh suatu barang atau apa pun. Cinta itu menyangkut perasaan kita terhadap seseorang atau suatu benda. Namun, biasanya cinta itu identik dengan rasa sayang antarlawan jenis, misalnya cowok kepada cewek atau sebaliknya. Namun, di zaman gila-gilan ini, ternyata mereka yang cowok dengan cowok atau sebaliknya pun dapat bercinta. Itu sebabnya ada seorang ibu pernah mengatakan, bersyukurlah kalau anak Anda mengerti berpacaran. Jadi, dia tahu cara pilih pasangan lawan jenisnya.

Cinta berawal dari suka yang kemudian terus berkembang dan terbentuk tanpa terasa, bahkan menjadi sangat terikat antara satu dengan lainnya dengan wujud sayang. Sehingga, mereka yang sudah terpikat tidak mudah menghapuskan rasa cinta dari dalam hatinya. Apabila orang tersebut tidak siap, maka putus cinta dapat berakibat malapetaka. Misalnya, sakit jiwa atau bahkan ada yang bunuh diri. Ada pula yang gara-gara pernah kecewa pada cinta seseorang memutuskan untuk hidup selibat.

Kata cinta itu (love) merupakan suatu kata yang sangat banyak maknanya. Anda akan bingung sendiri ketika mencoba mendefinisikan sesuai dengan kamus cinta yang Anda baca. Misalnya, ada orang yang mengatakan kita mencintai jantung hati kita, akan tetapi kita juga mencintai bakmi atau orange juice. Apakah dengan kata lain kita membandingkan kekasih kita sepadan dengan bakmi atau orange juice? Tidak juga! Itu sebabnya bingung, bukan?

Bagaimana rasanya jatuh cinta?
Pertanyaan ini cukup menarik untuk disimak, bukan? Orang yang jatuh cinta merasa semuanya berbunga-bunga. Kadang senyum- senyum sendiri, lalu mulai nyisir rambut berulang kali. Para gadis yang tubuhnya subur pun berusaha diet hingga mencapai berat yang standar. Ia rela meninggalkan makanan yang enak-enak. Padahal, kemarin sebelum jatuh cinta makanan itu disantapnya, dari mulai cokelat, ayam goreng, dan sebagianya. Namun sekarang, tatkala ia jatuh cinta maka makanannya menjadi vegetarian, minumannya pun berubah menjadi teh pahit atau air putih.

Menarik juga kalau Anda pernah menonton salah satu saja film India. Biasanya, selain menyajikan adegan perkelahian juga ada adegan cinta. Nah, kenapa kalau di film India orang-orang yang bercinta itu selalu berlari-lari dan sembunyi di bawah pohon-pohon, kadang sambil bergandengan tangan menyanyi? Ini merupakan ciri khas orang India. Beda kalau orang Barat yang bercinta, mainannya di kamar. Hal ini lebih repot lagi dan sering melewati “batas teritorial”.

Seorang penulis pernah mengatakan bahwa jatuh cinta itu dapat membuat orang jadi bodoh. Kenapa bisa jadi bodoh? Saya coba mengerti apa maksudnya. Pikir punya pikir, benar juga! Orang yang jatuh cinta bisa jadi seperti orang bodoh. Kadang senyum sendiri, tertawa sendiri, kadang bicara sendiri, kadang lihat cermin lama-lama sambil bolak-balik kayak fashion show. Namun, kadang juga menangis sendiri, menjerit, atau marah-marah. Sungguh aneh, bukan? Syukurlah, ini masih batas yang normal. Namun, ada yang lebih parah; kadang pergi ke tempat yang jauh menyendiri, lalu mencoba lompat ke sungai, mencoba gantung diri. Kalau di pohon cabe rawit sih nggak masalah. Namun kalau yang dipilih pohon kedondong? Bisa repot, bahaya sekali!. Inilah kira-kira rasanya orang yang sedang jatuh cinta.